Senin, 11 Januari 2016

Asal Mula Telaga Biru

ASAL MULA TELAGA BIRU
(Cerita Rakyat Maluku Utara)
Cerita ini termasuk kategori Legenda


    
Dahulu penduduk Lisawa, Halmahera Utara dihebohkan dengan air yang memancar di sela sela bebatuan. Semakin lama air itu semakin membesar dan membentuk telaga, kabar terbentuknya telaga pun tersebar kemana-mana. Sungguh aneh didaerah yang kesulitan air tiba-tiba muncul telaga, upaya mengungkap misteri itu dilakukan dengan menggelar upacara adat.
    Akhirnya diperoleh jawaban adanya telaga disebabkan akibat patah hati yang remuk redam, meneteskan air mata, mengalir dan mengalir menjadi sumber mata air. Penduduk dusun Lisawa dihimbau melalui Dolodolo (kentongan), setelah orang-orang berkumpul tertua memulai dengan satu pertanyaan.”siapa diantara kalian yang tidak hadir dan tidak berada dirumah?” Ternyata terdapat 2 keluargayang kehilangan anggotanya. Karena enggan menyebutkan nama kedua anak itu. Mereka menyapa dengan panggilan umum orang Galela, yakni Majojaro (Nona) dan Magohiduuru (Nyong).
    Diceritakanlah apa yang sesungguhnya terjadi, Majojaru pergi meninggalkan rumah sejak 2hari yang lalu. Hingga sekarang belum kembali kerumah, sementara itu orang tua Magohiduuru mengatakan anak mereka sudah 6 bulan pergi merantau ke negeri orang. Belum ada berita kappa ia akan pulang.
    Majojaru dan Magohiduuru sudah lama menjalin kasih, ketika Magohiduuru berpamitan hendak merantau ke negeri orang. Mereka berjanji untuk tetap setia apapun yang terjadi, lebih baik mati daripada mengkhianati kesetiaan kita. Enam bulan sudah berlalu sejak Magohiduuru pergi Majojaru tetap setia menunggu dalam penantian, namun badai dan angin topan yang dahsyat telah menenggelamkan kapal yang ditumpangi Magohiduuru. Pemuda itu tewas ditengah laut, kabar tentang Magohiduuru sampai pula ke telinga Majojarudi dusun Lisawa. Bak tersambar petir di siang bolong, Majojaru lunglay dan terjatuh, janji untuk sehidup-semati seolah menjadi boomerang kematian.
    Dalam kesedihan yang mendalam, ia berjala mencari tempat berteduh untuk menenangkan hatinya. Lama ia duduk dibawah pohon beringin sambil menangis, air mata yang tak dapat ditahan lagi mengalir deras hingga menenggelamkan segala yang ada dibawah pohon beringin itu termasuk dirinya sendiri.
    Banjir air mata telah membentuk telaga kecil airnya sebening air mata dan warnanya sebiru kupil mata nona endo Lisawa, mereka berikrar selamanya akan menjaga telaga biru itu.
 
Hikmahnya : Jangan berputus asa apa yang telah terjadi, jadikan semuanya sebuah pelajaran untuk tetap bersabar. Maka pada waktunya akan diberikan yang lebih indah dari itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar