Senin, 11 Januari 2016

Asal Mula Negeri Lumpur

ASAL MULA NEGERI LUMPUR
(Cerita Rakyat Jambi)
Cerita ini termasuk kategori Legenda
    

    Dahulu, di sebuah hutan belantara berdiri Kerajaan Pamuncak Tiga Kaum. Kerajaan itu diperintah oleh tiga bersaudara yaitu Pamuncak Rencong Talang, Pamuncak Tanjung Seri dan Pamuncak Koto Tapus.
    Pada suatu ketika hasil panen rakyat di wilayah kekuasaan Pamuncak Rencong Talang sungguh melimpah. Pamuncak Rencong Talang bermaksud mengadakan pesta panen dengan mengundang kerabat dan keluarganya. Karena tidak bisa hadir, maka Pamuncak Tanjung Seri mengutus istri dan anaknya.
    Singkat cerita, mereka telah sampai di negeri Pamuncak Rencong Talang. Hari kenduri dan pesta panen pun telah tiba, telah dirundingkan bahwa pesta akan diadakan selama tiga hari tiga malam. Pada malam ketiga itu, hadirlah anak dara dari Pamuncak Tanjung Seri yang menjadi incaran para pemuda. Dikisahkan bahwa dalam pesta panen tersebut  berlangsung dengan sangat meriah, tak terasa ayam jantan pun telah berkokok berkali-kali.
    Hari telah benar-benar telah larut. Akhirnya, si Ibu gadis itu mengajak anaknya pulang. Namun, gadis itu tidak mengacuhkan panggilan ibunya. Ada seorang pemuda di dekatnya bertanya kepada gadis itu, siapa perempuan tua yang memanggilnya itu ? Mendengar pertanyaan itu, maka gadis itu menjawab,”Oh…perempuan itu adalah pembantu saya.
    Sakit hati sang ibu mendengar hal jawaban itu dari anaknya. Keesokan harinya, mereka pulang. Dikisahkan ketika rombongan itu tiba di daerah antara Pulau Sangkar dan Lolo yang berawa dan berlumpur, maka berdoalah sang istri Pamuncak Tanjung Seri kepada Tuhan, agar anaknya yang durhaka itu  ditelan oleh rawa lumpur. Rupanya do’a itu dikabulkan oleh Tuhan. Si Dara itu terjerat kakinya oleh rawa yang berlumpur itu, sehingga ia terbenam makin dalam. Ia menangis dan meminta tolong kepada ibu dan pengawalnya, namun ibunya tiada mengacuhkan.
    “Aku bukan Ibumu, Aku hanyalah pembantumu.”
    Si gadis itu terus juga meraung sambil berkata,”Tolong… tolong Ibu, Aku tidak akan durhaka lagi kepadamu. Maafkanlah aku, Ibu.”
    Ibunya tidak mau mendengar permintaan anaknya itu. Malah ia mengambil gelang dan selendang Jambi yang dipakai anaknya itu. Setelah diambilnya barang tersebut, maka tenggelamlah gadis itu.
    Setelah kejadian itu, di negeri itu dinamai oleh penduduknya dengan nama Lempur yang berasal dari kata Lumpur.
    Sementara itu, gelang tersebut dibuang di sebuah tebat, sehingga tebat tersebut dinamakan Tebat Gelang. Kemudian, kain panjang Jambi dibuang pula ke dalam tebat lainnya, sehingga tebat itu diberi nama Tebat Jambi.
Hikmahnya : Bagaimana pun rupa wajah seorang ibu tetap harus dihormati dan disantuni, karena syurga berada ditelapak kaki ibu. Jika anak itu durhaka kepada seorang ibu maka terimalah azabnya dari Tuhan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar