Jumat, 15 Januari 2016

Sawerigading

SAWERIGADING
(Cerita Rakyat Sulawesi Barat)
Cerita ini termasuk kategori Legenda

        
Alkisah ada seorang raja dari keturunan Raja Langit bernama La Tiuleng, ia diberi gelar Batara Lattu. Ia dikaruniai dua anak kembar yaitu seorang anak laki-laki yang diberi nama Lawe atau La Madukelleng namun lebih dikenal dengan sebutan Sawerigading, sedangkan saudara perempuannya bernama We Tenriyabeng.
    Sawerigading dan Tenriyabeng tidak dibesarkan bersama-sama, mereka hidup terpisah sehingga satu sama lain tidak saling mengenal, tahun berganti tahun Sawerigading dan Tenriyabeng tumbuh dewasa. Suatu hari ketika Sawerigading sedang berjalan, tiba-tiba ia melihat gadis yang sangat cantik berlalu dihadapannya. Pada pandangan pertama Sawerigadng jatuh hati padanya.
    “Siapakah namamu wahai gadis cantik”tanyanya.
    “Namaku We Tenriyabeng,”jawabnya tersipu malu.
    Perkenalan mereka pun berlanjut, Sawerigading mengutarakan keinginannya untuk menikahi Tenriyabeng. Ketika keduanya sepakat untuk meminta restu kedua orang tuanya, betapa terkejutnya mereka mengetahui bahwa mereka adalah saudara kembar yang terpisah. Hancurlah perasaan keduanya Sawerigading dengan hatinya yang kecewa pergi meninggalkan Luwu dan bersumpah tidak ingin kembali. Sedangkan Tenriyabeng entah kemana perginya.
    Sawerigading yang ketika itu pergi mengembara akhirnya tiba-tiba disebuah negeri yang bernama Tiongkok, disana dikabarkan ia mengalahkan beberapa Kerajaan Tiongkok bahkan pemerintahan Jawa Wollo yaitu Setia Bonga. Kisah cinta Sawerigading ternyata belum berakhir ia bertemu seorang putrid cantik asal Tiongkok bernama Cudai.
    Setelah sekian lama ternyata Sawerigading menjadi seorang kapten yang perkasa, dalam perjalanannya ia berlayar ke daerah Ternate di Maluku, Bima atau Sumbawa, Jawa Timur, Jawa Tengah, Sunda dan Malaka.
    Setelah menikah Sawerigading dikarunia seorang anak laki-laki, ia bernama I La Galigo dengan getarnya Datunna Kelling. Dikisahkan bahwa I La Galigo ketika dewasa menjadi seorang kapten kapal seperti ayahnya sendiri, namun ia tidak pernah menjadi seorang raja. I La Galigo dikabarkan memiliki empat orang istri dari berbagai negeri, Ia pun dikaruniai seorang anak yang salah satunya bernama La Tenrittata. La Tenrittata adalah keturunan terakhir yang dinobatkan di Kerajaan Luwu.

Hikmahnya : Kita diharuskan mengenal saudara sendiri, menjalin silaturahmi dengan baik. Sebab jika tidak mengenal kerabat sendiri bisa-bisa kita berbuat salah kepada saudara kita sendiri.

Asal Mula Ikan Duyung

ASAL MULA IKAN DUYUNG
(Cerita Rakyat Sulawesi Tengah)
Cerita ini termasuk kategori Legenda

Dahulu hiduplah pasangan suami-istri dengan tiga anaknya yang masih kecil, pagi itu mereka makan nasi dengan ikan. Masing-masing memperoleh bagiannya, ikan yang dihidangkan rupanya tidak habis. Sebelum berangkat ke kebun si suami berpesan kepada istrinya,”Bu, tolong simpan ikan yang tersisa untuk makan nanti sore.”
    “Baik, Pak”jawab si istri. Pada siang harinya si istri dan ketiga anaknya makan siang bersama, tiba-tiba si bungsu menangis ingin ikan yang disimpan dilemari. Dengan sabar ia mencoba member pengertian. “Nak, ikan itu untuk makan ayah  nanti sore.” Entah apa yang terjadi si bungsu malah menangis sekeras-kerasnya. Akhirnya, sisa ika itu diberikan kepada si bungsu, seketika juga tangisannya tak terdengar lagi.
    Bekerja seharian membuat si ayah begitu lapar dan lelahnya, terbayang olehnya ia makan sore dengan ikan. Dengan cekatan si ibu menghidangkan makanan, namun si ayah tidak melihat sisa ikan yang tadi pagi. Raut wajahnya langsung berubah masam.
    “Bu mana sisa ikan yang tadi pagi?”Tanya si Ayah.
    “Maaf yah si bungsu ketika makan siang menangis ingin makan dengan ikan,”kata sang ibu.
    Akan tetapi bukannya mengerti dengan watakanak bungsunya ia malah terlihat begitu marah, saat tu juga istrinya dipaksa mencari ikan dilaut. “Ibu tidak boleh pulang kerumah sampai ikannya dapat yang banyak, sebagai pengganti ikan yang dimakan si bungsu,”kata suaminya tanpa belas kasihan. Si ibu pergi dengan rasa sedih dan sakit hati, ia begitu berat meninggalkan ketiga anaknya khususnya si bungsu yang masih menyusui.
    Sudah lama si ibu tidak kembali kerumah, ketiga anaknya itu yang masih kecil merindukan ibunya lantas mencari ibunya kepinggir laut. Terus saja mereka memanggil ibunya, proses pencarian itu begitu mustahil karena tidak seorang pun ada disitu. Sungguh ajaib si ibu tiba-tiba muncul dari laut, dihampirinya si bungsu dan segera disusuinya. Si ibu berpesan agar mereka kembali ke rumah, kata si ibu tidak lama lagi akan pulang. Mereka patuhi  perintah ibunya dan segera pulang, semalaman mereka menunggu si ibu. Namun si ibu tak kunjung dating dan pulang, kecemasan terhadap nasib ibunya itu membuat mereka kembali lagi mencari ke pinggir laut keesokannya itu.
    “Bu pulanglah kerumah?? Si bungsu ingin menyusui ujar si sulung ketika tiba di pinggir laut.
    Ibu mereka pun muncul dari laut, lalu si ibu menyusui si bungsu. Barulah kelihatan ada sesuatu yang berubah dari tubuh si ibu, ada sisik di sekujur tubuhnya. Rasa suka cita sirna sudah berganti rasa ragu dan takut.
    “Sini bungsu, ibu akan menyusuimu,”bujuk si ibu.
    “Tidak ! Kau bukan ibuku!”tukas si bungsu.
    “Aku adalah ibu kalian anak-anakku!”
    “Bukan ! Kau buka ibu kami!”jawab si sulung sambil menarik adik-adiknya meninggalkan tepi laut. Mereka pun terus menyusuri pinggir pantai tanpa tujuan yang jelas. Tiap kali mereka memanggil si ibu, tiap itu pula muncul si ibu dengn tubuhnya yang disesaki sisik  ikan. Akhirnya ibu itu menjadi ikan duyung separuh tubuhnya berwujud manusia dan separuhnya lagi berwujud ikan.

Hikmahnya : Betapa hebatnya seorang ibu mau dilukai hatinya tetap bersabar dan pasrah, meski dengan keadaan yang serba kekurangan tetap menjadi seorang ibu yang baik hati


Senin, 11 Januari 2016

Si Rusa Dan Si Kulomang

SI RUSA DAN SI KULOMANG
(Cerita Rakyat Maluku)
Cerita ini termasuk kategori Dongeng


    Pada zaman dahulu hiduplah sekelompok rusa di hutan rimba Kepulauan Aru. Siapapun tahu bahwa kemampuan rusa berlari sungguh sangat cepat luar biasa, begitu ringan langkah kakinya seakan hendak terbang saja. Selain merumput mereka juga sering mengajak adu lari kawanan binatang lainnya, apabila unggul rusa itu akan mengambil tempat tinggal pihak yang kalah.
    Sementara tak jauh dari hutan itu, terdapat pantai yang sangat indah. Disana hiduplah siput laut yang bernama Kulomang, dikalangan hewan siput laut dikenal sebagai binatang yang cerdik dan setia kawan. Diceritakan bahwa pada suatu hari, Rusa mendatangi Kulomang. Ia hendak menantang siput laut adu lari hingga sampai di tanjung kesebelas, pantai tempat tinggal sang siput laut sebagai taruhannya.
    Dalam hatinya Rusa sudah merasa menang sebelum bertanding, Kulomang dihadapkan pada dua persoalan sekaligus jalannya sangat lambat dan cangkang di atas tubuhnya, apalagi cangkang itu lebih besar dari tubuhnya.
Pada hari yang ditentukan si Rusa mengajak teman-temannya untuk menyaksikan kehebatan larinya, sedangkan Kulomang membawa serta sepuluh teman temannya. Mereka termasuk bagian dari rencana si Kulomang, spuluh ekor siput dalam rentang jarak tertentu bersiap di tempatnya dari tanjung kedua hingga tanjung ke sebelas. Si Kulomang tentu saja berada di tempat mulanya pertandingan,diperintahkannya agar meraka menjawab setiap pertanyaan si Rusa dengan ucapan, “Aku persis di depanmu.”
Begitu pertandingan di mulai di Rusa langsung meresat dan tanpa kesulitan mendahului si Kulomang, setelah beberapa lama ia tiba di tanjung kedua. Nafasnya terengah-engah, dalam hatinya ia yakin bahwa si Kulomang tertinggal sangat jauh dan ia berteriak-teriak bersuka ria.
“Kulomang sekarang kau ada dimana?”
Temannya si Kulomang pun menjawab,”Aku persis didepanmu.”
Betapa terkejutnya si Rusa maksud hati hendak beristirahat sejenak, apa daya ia harus berlari lagi, hal yang sama terus berulang sampai tanjung kesepuluh. Ketika memasuki tanjung kesebelas si Rusa sudah kehabisan nafas ia terjatuh dan mati, si Kolumang bukan saja mengalahkan si Rusa akan tetapi juga memperdaya si Rusa yang sombong itu dengan kecerdikannya.

Hikmahnya : Jadi orang janganlah sombong melihat kekurangan dari orang lain, sebaiknya perhitungkan dulu kalau orang memiliki kekurangan pasti dia juga menyembunyikan kelebihannya.

Putri Niwergading

PUTERI NIWERIGADING
(Cerita rakyat Nanggroe Aceh Darussalam)
Cerita ini termasuk kategori Dongeng

 

Alkisah, dahulu di Negeri Alas termasuk wilayah Nanggroe Aceh Darussalam, ada seorang raja yang bijaksana dan dicintai rakyatnya. Ia memerintah dengan adil dan bijaksana, sehari-hari pikirannya dicurahkan untuk memajukan negeri dan kemakmuran rakyatnya.
    Namun sang raja tidak mempunyai putra, mereka sedih atas nasihat orang pintar raja dan permaisuri kemudian tekun berdoa sambil berpuas. Beberapa bulan kemudian permaisuri mengandung. Setelah sampai waktunya permaisuri melahirkan anak laki-laki yang diberi nama Amat Mude.
    Belum genap setahun umur Amat Mude, ayahnya meninggal dunia. Karena Amat Mude masih bayi maka adik sang raja atau paman (Pakcik) Amat Mude diangkat raja sementara waktu.
    Pakcik itu bernama Raja Muda, setelah diangkat menjadi raja ia malah bertindak kejam kepada anak Amat Mude dan ibunya juga. Mereka diasingkan disebuah hutan terpencil, Raja Muda ingin menguasai sepenuhnya kerajaan yang sesungguhnya menjadi hak Amat Mude.
    Walau dibuang jauh dari istana permaisuri tidak mengeluh, ia menerima cobaan berat ini dengan sabar dan tabah. Ia besarkan Amat Mude dengan penuh kasih sayang, tahun demi tahun berlalu tak terasa Amat Mude tumbuh menjadi anak yang cerdas dan tampan.
    Amat Mude suka memancing ikan disungai. Pada suatu hari permaisuri dan Amat Mude pergi ke sebuah desa di pinggir hutan untuk menjual ikan. Tanpa disangka, ia bertemu dengan saudagar kaya, ternyata ia bekas sahabat suaminya dulu.
    “Mengapa Tuan Putrid an Putra Mahkota berada ditempat ini ?” Tanya saudagar itu keheranan.
    Permaisuri menceritakan semua kejadian yang telah terjadi menimpanya, mendengar hal itu sang saudagar segera mengajak mereka ke rumahnya dan membeli semua ikannya. Setibanya dirumah, saudagar itu menyuruh istrinya segera memasak ikan tersebut, ketika sedang memotong perut ikan, sang istri merasa heran karena diperut ikan itu keluar telur ikan yang berupa emas murni. Kemudian butiran emas tersebut dijual ke pasar oleh istri saudagar, uangnya ia gunakan untuk membangun rumah permaisuri dan putranya. Sejak saat  itu, permaisuri dan putranya telah berubah menjadi orang kaya berkat telur-telur emas dari ikan.
    Cerita tentang kekayaan permaisuri dan putranya sampai ke telinga Raja Muda. Pada suatu hari, Raja Muda memanggil Amat Mud eke istana. Ia memerintahkan Amat Mude memetik kelapa gading untuk mengobati penyakit istri sang Raja Muda, disebuah pulau yang terletak di tengah laut. Konon, lautan disekitar pulai itu dihuni oleh binatang-binatang buas, siapa pun yang melewati lautan itu akan celaka dan tidak akan kembali lagi.
    Raja Muda mengancam kepada Amat Mude jika tidak berhasil, ia akan dihukum mati. Tapi Amat Mude tak peduli dengan ancaman itu, niatnya tulus hendak menolong istri sang Raja Muda, oa pun segera berangkat meninggalkan istana.
    Setibanya di pantai ia duduk termenung, tiba-tiba muncul dihadapannya seekor ikan besar bernama Si Langgeng Raye,  didampingi Raja Buaya dan seekor Naga besar.
    Singkat cerita, Amat Mude telah menemukan pohon kelapa gading dengan bantuan Silanggeng Raye, Raja Buaya dan seekor naga. Selanjutnya Amat Mude memanjat pohon, ketika sedang memetik buah kelapa gading, tiba-tiba terdengar seorang perempuan.
    “Siapa pun yang berhasil memetik buah kelapa gading, dia akan menjadi suamiku.”
    “Siapakah Engkau ?” Tanya Amat Mude.
    “Aku Putri Niwergading,” jawabnya suara dari bawah pohon kelapa.
    Amat Mude cepat-cepat memetik kelapa gading. Setelah turun dari atas pohon kelapa, alangkah takjubnya Amat Mude melihat kecantikannya Putri Niwergading. Akhirnya Amat Mude pun mengajak sang putri pulang kerumahnya untuk dipersunting. Setelah menikah, Amat Mude beserta istri dan ibunya berangkat ke istana untuk menyerahkan kelapa gading.
    Kedatang Amat Mude membuat Raja Muda terheran-heran. Orang yang berhasil melewati rintangan dipulau angker itu pastilah orang sakti, ia tidak mau main-main lagi. Kini tidak ada alas an untuk menghukum keponakannya.
    Akhirnya Raja Muda sadar akan kesalahannya, ia memohon maaf  kepada permaisuri dan Amat Mude, beberapa hari kemudian Amat Mude dinobatkan menjadi Raja Negeri Alas.

Hikmahnya : ketika musibah yang terjadi diperlukan kesabaran dan ketabahan serta dengan bekerja keras kita akan sampai pada perbaikan nasib.

Cendrawasih

CENDRAWASIH
(Cerita Rakyat Papua Barat)
Cerita ini termasuk kategori Legenda

  

    Dahulu ada seorang perempuan tua hidup bersama seekor anjing betina di Pegunungan Bumberi, Fak-fak. Suatu hari mereka mencari makanan kehutan, mereka sampai disuatu tempat yang ditumbuhi pohon pandan sedang berbuah. Perempuan itu mengambil buah dan memberikannya kepada anjing betina dengan lahapnya, anjing betina itu memakan buah pandan.
    Mendadak perut anjing itu hamil dan melahirkan seekor anak anjing, tidak lama kemudian perempuan tua memakan buah pandan juga, ia pun hamil dan melahirkan seorang anak laki-laki yang diberi Kweiya. Setelah Kweiya dewasa ia membuka ladang baru dihutan itu, peralatan yang dipakainya hanya kapak batu yang berbentuk pahat.
    Pada suatu hari ketika Kweiya sedang menebang pohon, tiba-tiba ada seorang pria mendekatinya. Selanjutnya, pria itu memberikan kapak besi kepada Kweiya. Dengan alat itu, kini ia dapat menebang phon dengan cepat. Pada saat makan siang tiba, Kweiya memperkenalkan pria itu kepada ibunya. Setelah makanan tersedia, ibunya memanggil Kweiya. Kweiya mengajak pria tadi untuk ikut makan dirumah dan berkenalan dengan ibunya. Karena pria itu berjasa dalam hidupnya. Si ibu menerima kehadiran pria tersebut. Sejak saat itu mereka menjadi suami  dianggap sebagai adik-adik Kweiya. Namun, eratnya persaudaraan mereka bertiga makin hari makin memudar gara-gara rasa iri kedua adiknya.
Pada suatu hari, mereka mengoroyok Kweiya. Perkelahian yang tak seimbang itu menyebakan tubuh Kweiya mengalami luka-luka. Kweiya bersembunyi di sudut rumah, sambil memintal tali dari kulit pohon Pogak Nggein. Ketika orang tua mereka pulang, mereka diam saja. Adik perempuan yang paling bungsu menceritakan penggeroyokan itu  pada kedua orang tua mereka. Dipangginya Kweiya, tetapi tidak kunjung ada sahutan.
Tiba-tiba terdengaryang berbunyi “ Eek…ek,ek,ek,ek. Sambil menjawab, Kweiya yang berubah menjadi burung yang menyisipkan benang pintalannya pada kakinya lalu meloncat-loncat di atas rumah dan berpindah kedahan pohon dekat rumahnya. Ibunya menangis sambil meminta bagian untuknya. Kata Kweiya, bagian untuk ibunya ada pada koba-koba (paying tikar), disudut rumah. Ibunya segera mencari koba-koba. Benang pintal itu disisipkan pada ketiaknya, lalu terbang ke dahan pohon yang tinggi. Kweiya dan ibunya bertengger di atas pohon sambil berkicau dengan suara, “wong,wong,wong,wong,ko,ko,ko,wo-wik!!”
Maka sejak itulah burung cendrawasih ada di dunia. Bagaimana cara membedakan cendrawasih jantan dan betina? Burung cenderawasih jantan selalu berbulu panjang dan disebut siangga. Burung cenderawasih betina bulunya pendek dan di sebut Hanggam Tombor.

Hikmahnya : Sesama teman dan kerabat harus saling membantu dan mengayomi terutama dalam hal kekeluargaan, maka disetiap langkah dan sifatnya akan tumbuh silaturahmi yang sangat kuat

Asal Mula Telaga Biru

ASAL MULA TELAGA BIRU
(Cerita Rakyat Maluku Utara)
Cerita ini termasuk kategori Legenda


    
Dahulu penduduk Lisawa, Halmahera Utara dihebohkan dengan air yang memancar di sela sela bebatuan. Semakin lama air itu semakin membesar dan membentuk telaga, kabar terbentuknya telaga pun tersebar kemana-mana. Sungguh aneh didaerah yang kesulitan air tiba-tiba muncul telaga, upaya mengungkap misteri itu dilakukan dengan menggelar upacara adat.
    Akhirnya diperoleh jawaban adanya telaga disebabkan akibat patah hati yang remuk redam, meneteskan air mata, mengalir dan mengalir menjadi sumber mata air. Penduduk dusun Lisawa dihimbau melalui Dolodolo (kentongan), setelah orang-orang berkumpul tertua memulai dengan satu pertanyaan.”siapa diantara kalian yang tidak hadir dan tidak berada dirumah?” Ternyata terdapat 2 keluargayang kehilangan anggotanya. Karena enggan menyebutkan nama kedua anak itu. Mereka menyapa dengan panggilan umum orang Galela, yakni Majojaro (Nona) dan Magohiduuru (Nyong).
    Diceritakanlah apa yang sesungguhnya terjadi, Majojaru pergi meninggalkan rumah sejak 2hari yang lalu. Hingga sekarang belum kembali kerumah, sementara itu orang tua Magohiduuru mengatakan anak mereka sudah 6 bulan pergi merantau ke negeri orang. Belum ada berita kappa ia akan pulang.
    Majojaru dan Magohiduuru sudah lama menjalin kasih, ketika Magohiduuru berpamitan hendak merantau ke negeri orang. Mereka berjanji untuk tetap setia apapun yang terjadi, lebih baik mati daripada mengkhianati kesetiaan kita. Enam bulan sudah berlalu sejak Magohiduuru pergi Majojaru tetap setia menunggu dalam penantian, namun badai dan angin topan yang dahsyat telah menenggelamkan kapal yang ditumpangi Magohiduuru. Pemuda itu tewas ditengah laut, kabar tentang Magohiduuru sampai pula ke telinga Majojarudi dusun Lisawa. Bak tersambar petir di siang bolong, Majojaru lunglay dan terjatuh, janji untuk sehidup-semati seolah menjadi boomerang kematian.
    Dalam kesedihan yang mendalam, ia berjala mencari tempat berteduh untuk menenangkan hatinya. Lama ia duduk dibawah pohon beringin sambil menangis, air mata yang tak dapat ditahan lagi mengalir deras hingga menenggelamkan segala yang ada dibawah pohon beringin itu termasuk dirinya sendiri.
    Banjir air mata telah membentuk telaga kecil airnya sebening air mata dan warnanya sebiru kupil mata nona endo Lisawa, mereka berikrar selamanya akan menjaga telaga biru itu.
 
Hikmahnya : Jangan berputus asa apa yang telah terjadi, jadikan semuanya sebuah pelajaran untuk tetap bersabar. Maka pada waktunya akan diberikan yang lebih indah dari itu.

Lahilote

LAHILOTE
(Cerita Rakyat Gorontalo)
Cerita ini termasuk kategori Legenda


Dahulu ada seorang laki-laki bernama Lahilote yang tinggal di hulu sungai dekat mata air, pekerjaanya sehari-harinya ialah mencari rotan di hutan. Pada suatu hari, tanpa disangka-sangka ia melihat 7 bidadari yang sedang mandi disungai, canda tawa terdengar dari kejauhan. Ketika mereka sedang mandi, Lahilote mengambil selendang salah satu dari 7 bidadari tersebut dan menyembunyikannya disuatu tempat. Mereka baru sadar, rupanya ada orang yang sejak tadi mengintip mereka mandi, kehadiran Lahilote secara tiba-tiba sungguh mengagetkan bidadari-bidadari tersebut. Mereka terbang ke kayangan terkecuali seorang yang kehilangan selendangnya. Singkat cerita, seorang bidadari itu berhasil dibujuk dan dinikahi Lahilote.
    Seperti biasa, Lahilote mencari rotan dihutan. Ketika sedang membersihkan rumah tanpa sengaja istri Lahilote menemukan selendangnya yang hilang dalam tabung bamboo, ia senang sekali karena selendangnya berhasil telah ditemukan. Saat itu juga, ia terbang ke tempat asalnya yaitu kayangan.
    Hari itu Lahilote sungguh beruntung rotan yang diperoleh lebih banyak dari biasanya, tapi ketika  pulang kegembiraannya itu lenyap seketika tabung bambu yang didalamnya selendang sudah kosong dan istrinya telah kembali ke kayangan. Ia benar-benar gundah, tiba-tiba seorang Polahi yaitu suatu suku yang tinggal ditengah hutan hadir dihadapannya, ia memegang rotan hutiya mala. Sang Polahi berkata,”Rotan ini akan memandumu ke kayangan, temukan istrimu disana.”
    Singkat cerita, Lahilote terbang ke kayangan dan bertemu dengan istrinya, Lahilote dan istrinya bersatu kembali di kayangan. Pada suatu waktu, Lahilote bersama istrinya sedang asyik bicara berdua. Lahilote duduk diatas sebatang kayu, sementara itu istrinya sibuk mencari kutu dikepala Lahilote. Ia terkejut melihat uban yang ada dikepala suaminya itu, ia ingat seorang yang beruban tidak boleh berada dikayangan. Lantas Lahilote menanyakan apa alasannya, istrinya menjawab,”Apalah arti sebuah cinta kalau tuan sudah beruban, apabila artinya sebuah kayangan kalau tuan tinggal bayangan. Lahilote tidak menyangka akibatnya sungguh berat , ia benar-benar sangat terpukul dibuatnya. Kemudian ia turun ke bumi menggunakan sebilah papan.
    Lahilote bersumpah,”Sampai senja umurku nanti, berbatas pantai Pohe berujung kain kafan, disana telapak kakiku akan terpatri sepanjang zaman.”
    Batu berbentuk telapak kaki itu dapat ditemukan di pantai Pohe, Gorontalo. Menurut kepercayaan setempat, batu itu adalah telapak kaki Lahilote yang terbuang dari kayangan.

Hikmahnya : Hargai seorang laki-laki dari pengorbanan cintanya hanya untuk memilih yang terbaik dan menerima apapun dari kekurangannya karena uban bukanlah hal yang harus diperhatikan melainkan rasa baik dan tulus hatinya